
20 Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi (1)
Ketika memarahi anak, tanpa disadari hal ini dapat berdampak negatif pada kondisi mentalnya. Jika mental anak terganggu, hal tersebut dapat memengaruhi aktivitas dan emosionalnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi.
Meskipun memarahi anak sering digunakan sebagai bentuk mendisiplinkan, tindakan ini harus dilakukan dengan bijak dan tidak secara sembarangan.
Orang tua juga perlu memastikan bahwa perilaku tersebut tidak menjadi kebiasaan yang terus-menerus, karena dapat menyebabkan efek jangka panjang pada psikologis anak.
Cara Memperbaiki Mental Anak
Cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi menjadi langkah penting yang harus dipahami oleh setiap orang tua. Anak yang sering dimarahi dapat mengalami dampak psikologis seperti menurunnya rasa percaya diri, munculnya rasa takut berlebihan, atau bahkan kecenderungan menarik diri dari lingkungan.
Dikutip dari buku Dampak Memukul Anak pada Kondisi Mentalnya saat Dewasa karya Hafidz Muftisany (2023: 1), sebagai orang tua, menyadari hal ini adalah langkah awal untuk memperbaiki hubungan dan membantu anak kembali merasa dihargai serta dicintai.
Dengan pendekatan yang lebih lembut, komunikasi yang efektif, dan memberikan ruang untuk anak mengekspresikan diri, mental anak dapat dipulihkan secara perlahan sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh dan percaya diri.
Berikut adalah cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi.
1. Meminta Maaf dengan Tulus
Langkah pertama untuk memperbaiki mental anak adalah dengan mengakui kesalahan. Orang tua perlu meminta maaf kepada anak jika merasa telah bertindak terlalu keras.
Permintaan maaf yang tulus menunjukkan bahwa orang tua menghargai perasaan anak dan ingin memperbaiki hubungan. Hal ini juga menjadi contoh yang baik bagi anak untuk belajar meminta maaf jika mereka berbuat salah.
2. Berbicara dengan Lembut dan Terbuka
Setelah meminta maaf, ajak anak berbicara secara terbuka. Dengarkan keluh kesah atau perasaan mereka tanpa menghakimi. Anak yang sering dimarahi mungkin menyimpan rasa takut atau kecewa.
Dengan mendengarkan mereka, orang tua menunjukkan empati dan membantu anak merasa diterima.
3. Meningkatkan Kualitas Interaksi Positif
Salah satu cara terbaik untuk memperbaiki mental anak adalah dengan menciptakan lebih banyak momen positif bersama. Luangkan waktu untuk bermain, berbicara, atau melakukan aktivitas menyenangkan bersama.
Interaksi positif ini dapat membantu anak merasa dicintai dan dihargai, sehingga perlahan-lahan mengurangi dampak negatif dari pengalaman dimarahi.
4. Menghindari Kritik Berlebihan
Kritik yang berlebihan dapat merusak rasa percaya diri anak. Jika anak melakukan kesalahan, fokuslah pada solusi dan beri arahan yang konstruktif.
Hindari kata-kata yang merendahkan atau membanding-bandingkan anak dengan orang lain, karena hal ini dapat memperburuk kondisi mental mereka.
5. Mengajarkan Pengelolaan Emosi kepada Anak
Ajarkan anak cara mengelola emosinya, seperti bernapas dalam-dalam, menghitung hingga sepuluh, atau berbicara tentang apa yang mereka rasakan.
Dengan memahami emosinya sendiri, anak dapat mengatasi rasa marah atau sedih dengan lebih baik. Hal ini juga membantu mereka membangun ketahanan mental yang lebih kuat.
6. Memberikan Pujian dan Penghargaan
Anak yang sering dimarahi cenderung merasa kurang dihargai. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pujian dan penghargaan atas usaha atau pencapaian mereka, sekecil apa pun.
Pujian ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dan memperbaiki hubungan antara orang tua dan anak.
7. Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Nyaman
Lingkungan rumah yang penuh kasih sayang dan dukungan sangat penting untuk memulihkan mental anak.
Hindari konflik yang terlalu sering di depan anak, karena hal ini dapat menciptakan rasa tidak aman. Berikan rasa nyaman dengan menunjukkan bahwa rumah adalah tempat yang aman bagi mereka.
8. Mengontrol Emosi Orang Tua
Sebelum memarahi anak, orang tua perlu belajar mengontrol emosi. Ambil waktu sejenak untuk tenang sebelum berbicara atau menegur anak.
Dengan emosi yang lebih stabil, orang tua dapat memberikan arahan dengan lebih efektif tanpa menyakiti perasaan anak.
9. Mendidik dengan Pendekatan Positif
Gantilah kebiasaan memarahi dengan mendidik melalui pendekatan positif. Misalnya, alih-alih berkata, “Jangan berantakan!”, cobalah mengatakan, “Ayo, kita rapikan bersama-sama.” Pendekatan ini tidak hanya lebih efektif, tetapi juga membantu anak merasa lebih dihargai.
10. Mendukung Anak untuk Mengekspresikan Diri
Anak perlu ruang untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Biarkan mereka berbicara tentang apa yang mereka rasakan tanpa takut dimarahi. Dengan cara ini, anak belajar bahwa perasaan mereka penting dan didengarkan.
Tulisan Lainnya
Melestarikan Batik, Merawat Identitas Indonesia
Selamat Hari Batik Nasional Batik, sebuah warisan budaya Indonesia yang begitu kaya akan sejarah, makna, dan keindahan. Pada 2 Oktober, kita merayakan batik sebagai bagian penting dari
Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Apa Saja Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini Beberapa prinsip-prinsip perkembangan menurut Bredekamp, S. & Copple, C (1997) yaitu : Aspek-aspek perkembangan anak seperti
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli (Part 1)
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangka